Selasa, 26 Agustus 2014

Ekspedisi Mutis_Edisi Menuju Fatumnasi

Persiapan Menuju Fatumnasi
Laki-laki paruh baya itu mondar-mandir di lobby bagian belakang, Gedung Rektorat Universitas Nusa Cendana Penfui. Mengenakan celana pendek motif kotak-kotak, laki-laki ini nampak kontras dengan para pegawai yang lalu lalang  di gedung perkantoran itu (20/8) pagi. Bapak itu terlihat sesekali membuka bagasi belakang mobil double cabin yang mengantarnya.  Penulis segera menghampirinya sambil bengajukan tangan untuk bersalaman. Menanyakan kabar, dan berbincang ringan. Aktivitas perkantoran berjalan seperti biasanya. Laki-laki itu adalah Zigma Naraheda. Teman-teman dekatnya biasa memanggilnya om Im. Om Im merupakan salah satu pendukung utama ekspedisi Gunung Mutis serangkaian perayaan Dies Natalis Universitas Nusa Cendana yang ke 52. Om Im bersama team lainnya akan berangkan ke mutis pagi itu. Tidak lama kami berbincang-bincang, beberapa sahabat yang akan ikut pendakian bergabung lengkap dengan ransel dipunggung. Obrolan hangat terjadi sambil menunggu anggota lainnya yang belum bergabung. Sesuai kesepaktan, Kami akan berangkat jam 10 pagi. Mendekati jam 10, seorang petugas keamanan kampus menghampiri seraya meminta kami bergeser ke lobby bagian depan. Maaf bapak, karena akan dilepas oleh Bapak PR3 (Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan), mohon bergeser ke loby depan sergah petugas itu memecah obrolan kami. Kami bergegas ke loby depan, dan acara pelepasan dilakukan.
Rombongan berjumlah 21 orang yang berasal dari mahasiswa, alumni, dosen dan pegawai Undana.
Wida Bunga, Salah seorang sahabat sedang mengambil Foto
Selesai prosesi pelepasan, om Im mengarahkan anggota rombongan naik ke empat mobil yang akan mengantarkan kami ke basecamp pendakian. Kami akan menginap di padang lolfoi, Desa Fatumnasi. Perjalanan ke Fatumnasi diperkirakan dapat ditempuh sekitar empat jam. Perjalanan dari Kampus Undana Fenfui menuju Soe kami tempuh sekitar 2 jam. Di Soe, kami bertemu dengan Bapa Anin salah satu tokoh Desa Fatumnasi. Desa Fatumnasi merupakan desa yang terletak kaki Gunung Mutis, pintu masuk ke kawasan hutan lindung gunung mutis. Kebetulan “Bapa Anin” sedang mengikuti kegiatan di Soe. Tidak lama kami berbincang, kami bergegas melanjutkan perjalanan. Satu mobil berangkat mengambil tenda, satu mobil mencari logistik untuk makan siang. Sedangkan dua mobil lainnya menunggu di padang kilometer 12. Padang KM 12 merupakan gundukan padang yang berada dipinggir jalan seperti namanya berada pada km 12 menuju kapan. Menyantap makan siang sambil menikmati gugusan gunung dan perbukitan nan indah menjadi menu pertama perjalanan kami. Tidak lupa para sahabat mrngabadikan setiap moment dan pemandangan.
Hutan Cemara dengan Rumput Hijau Menyerupai Karpet
Perjalanan kami lanjutkan menuju Fatumnasi. Jarak dari tempat pesinggahan ini ke Desa fatumnasi tidak terlalu jauh. Tidak lebih dari 30 KM. Namun jalan rusak, dan terjal menyebabkan waktu tempuh menuju desa fatumnasi harus ditempuh sekitar tiga jam. Kawan kami yang sudah terbiasa ke Desa Fatumnasi menceritakan setiap harinya ada 5 kendaraan bak terbuka dengan rute Fatumnasi-Kupang, Kupang Fatumnasi untuk membawa sayur dan hasil bumi lainnya untuk dipasarkan di Kupang. Kalangan backpacker dapat memanfaatkan jasanya, dengan tarif relatif murah yaitu Rp.25.000,- sekali jalan. Namun para sahabat harus rela membagi tempat duduknya dengan berbagai sayur-sayuran, bahkan ternak.Selain Moda ini, ada juga bus dari Kapan menuju Kupang. Tentu mobil-mobil ini tidak 4WD. Tetapi pengemudinya sudah terbiasa dengan medan terjal dan rusak. Tapi kalau belum familiar, saran saya menggunakan kendaraan sejenis jeep atau kendaraan yang familiar dengan medan terjal dan berbatu. Lebih baik lagi menggunakan kendaraan four-wheel drive (4WD). Menuju Desa Fatumnasi, kendaraan bergerak lambat. Bahkan di beberapa titik driver harus mengaktifkan four-wheel drive. Tetapi jangan khawatir, perjalanan berat segera terobati. melongok keluar jendela, udara sejuk dan panoramana alam mengundang takjub. Hutan cemaran dengan padang rumputnya, gugusan gunung dan perbukitan, serta onggokan batu-batu alam memanjakan mata sepanjang perjalanan. Sahabat juga akan menjumpai gerombolan sapi yang digembalakan.
Berhenti sejenak ditengah perjalanan menikmati panorama alam
Tidak terasa, perjalanan kami sampai di Desa Fatumnasi. Rombongan kami berhenti di kantor Desa Fatumnasi. Hari mulai gelap. Beberapa sahabat bergegas mengambil jaket untuk menangkal rasa dingin. Sama halnya pegunungan lainnya, udara di Fatumnasi Amat dingin, terlebih bagi yang terbiasa tinggal di Kota Kupang. Jadi bagi teman-teman yang ingin melakukan pendakian atau berekreasi ke Mutis, pakaian pengangat badan wajib di bawa. balik lagi ke perjalanan kami. Ternyata kedatangan kami telah ditunggu oleh Bapa Desa (kepala Desa-red). Begitu sampai Kantor Desa, kami dijamu dengan hangat. Beberapa tokoh masyarakat, dan juga warga desa yang sedia menemani kami mendaki juga merapat ke balai desa. Kami mulai berbincang dengannya. Di kantor Desa kami disuguhi kopi panas. Begitu dipersilahkan, kopi panas segera diseruput. “ayo cepat sebelum dingin” sergah salah seorang kawan. Maklum saja, udara di desa ini sangat dingin. Terlambat menikmati, kopi panas menjadi dingin. Sekitar satu jam kami berbincang-bincang, saatnya melanjutkan perjalanan ke basecamp pendakian. Kami meninap di Padang Loifui. Padang Loifui berada di dalam kawasan cagar alam Gunung Mutis. Jarak Padang Loifui dari Desa Fatumnasi tidak terlalu jauh. Tidak lebih dari 6 km tutur seorang warga desa yang ikut memandu kami. Tapi kondisi jalan yang rusak, sehingga harus menempuhnya selama satu jam. 
Memohon Ijin Sebelum Memasuki Kawasan Hutan Dipandu Tetua Adat Fatumnasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar