Pasar Tradisional, Berdagang Seadanya, Menegasikan Kebersihan dan Kenyamanan |
Data BPS mencatatkan pertumbuhan ekonomi
di NTT pada tahun 2012 mencapai 5,84%. Pertumbuhan ekonomi di Kota kupang
mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu sebesar 8, 26 persen di tahun
yang sama. Data ini memberi isyarat bahwa daya beli masyarakat yang
bermukim di kota kupang saban tahun kian meningkat. Peningkatan ini juga akan
mempengaruhi pilihan-pilihannya dalam memenuhi kebutuhannya. Seiring
meningkatnya daya beli, masyarakat mulai berfikir hygienist dan kenyamanan dalam berbelanja. Meskipun harga yang
harus dibayar bias jadi lebih mahal. Keenganan masyarakat berbelanja kepasar
tradisional di Kota Kupang nampaknya sudah mulai mengejala. Harian Timor
Express-red edisi (12/12) lalu memuat hasil liputannya mengenai perilaku
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hari raya dan tahun baru. Pada laporan itu,
pasar tradisional tidak lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Biasanya pada
tahun-tahun sebelumnya, menjelang natal dan tahun baru pasar-pasar tradisional penuh
sesak masyarakat untuk memenuhi kenutuhan hari raya. Namun tidak untuk tahun ini (akhir tahun 2013-red). Pengunjung
pasar tradisional tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Merujuk pada
data dan fakta tersebut, terlihat telah terjadi pergeseran pilihan pasar. Masyarakat
kota kupang mulai beralih dari pasar tradisional ke pasar moern. Meskipun baru
terjadi pada pemenuhan kebutuhan hari raya di penghujung tahun, namun hal ini
lambat laun akan berlanjut pada pemenuhan kebutuhan harian mereka.
Terus pertanyaan berikutnya
adalah, apakah pasar tradisional ini dibiarkan mati pelan-pelan seperti halnya
pasar tradisional di kota-kota besar lainnya di Indoneisa. Tulisan ini bukan
dimaksudkan untuk mencari siapa yang dipersalahkan. Namun berusaha mengurai
“benang” yang terindikasi akan kusut, sebelum semakin kusut. Terdapat tiga
kelompok yang memiliki relasi sangat kuat yang mempengaruhi eksistensi pasar
tradisional. Pedagang, masyarakat (konsumen), dan pemerintah (pengelola pasar).
Ketiga elemen ini memiliki peranan penting dalam menentukan apakah pasar
tradisional mampu menyesuiakan jaman atau “dimakan” jaman. Apabila dibiarkan,
tentu kebutuhan pokok masyarakat akan dipenuhi oleh korporasi-korporasi besar
yang dimiliki oleh segelintir orang. Sementara ratusan atau bahkan ribuan
pedagang kehilangan mata pencahariannya. Kalau hal ini terjadi, masalah sosial baru
sudah menunggu di Kota karang ini.
Suasana Pasar di Salah Satu Pasar Tradisional di Kota Kupang |
Masyarakat sebagai konsumen tentu berhak memilih
tempat berbelanja yang nyaman. Dalam hal kenyamanan berbelanja, dan produk yang
hygienist. Kedua layanan inilah yang
perlu dibenahi dalam pasar tradisional. Sehingga mampu bertahan dalam gempuran
modernitas. Mewujukan pasar tradisional yang nyaman dan hygienist tentu menjadi tanggung jawab bersama. Pedagang sebagai
pelaku usaha harus mengingkatkan pemahamannya tentang produk yang hygienist dan menjaga kebersihan tempat
berjualannya. Pemerintah sebagai pemegang regulasi memiliki peranan strategis. Hal
yang pertama adalah mengatur persaingan antara pasar tradisional dengan pasar
modern, melalui pengaturan jarak dan lini produk yang dijual. Berikutnya adalah
meningkatkan kapasitas layanan pasar tradisional. Kapasitas layanan yang
dimaksudkan mulai pengaturan tata letak, parkir kendaraan, zonasi pedagang,
kebersihan pasar, dan edukasi pedagangang. Sebelum ditinggalkan, adabaiknya
semua stakeholders bahu membahu
berbenah. Pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh banyak orang, cengkrama
antara penjual dan pembeli tetap menghiasi suasana berbelanja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar