Pulau
mungil dengan luas wilayah hanya sekitar 556.000 ha, Bali memiliki segudang
keunikan. Bentangan garis pantai dengan
pasir putih yang menawan, hamparan sawah dengan terasering dengan sistem irigasi
yang datur oleh Subak (lembaga pengatur irigasi sawah) memadukan aktivitas
teknologi pengairan dan ritual barnafaskan ke-Hindu-annya. Alam, Teknologi, Aktivitas
Sosial ini kemudian dikolaborasikan dengan aktivitas kesenian orang Bali di
sela-sela kesibukannya sebagai petani. Terlajirlan perpaduan Alam dan Budaya
Bali yang eksotik, membuat takjub bagi siapa saja yang pernah singgah di pulau
seribu pura ini.
Melihat potensi besar ini, para pemodal besar membidik Bali sebagai tempat brinvestasi yang menjanjikan. Berbagai usaha dilakukan pengusaha yang terkadang kembar siam dengan penguaasa di negeri ini untuk mengeruk ‘tanah’ Bali. Platform pembangunan Bali bergeser, perekonomian Bali mulai bergeser dari sektor Pertanian ke sektor Pariwisata. Terlebih setelah dibangunnya Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach sekarang) yang diresmikan pada bulan Nopember 1966. Perkembangan pariwisata Bali kian pesat. Bali kian disanjung oleh Dunia. Ungkapan masyarakat Bali sangat ramah, Bali pulau surga, dan masih banyak lagi julukan yang diberikan kepada Bali. Hal ini nampaknya membuat orang Bali kian terlena, liat saja, orang Bali lupa menyiapkan diri untuk menjadi “tuan rumah yang baik”, baik yang penulis maksud adalah menyiapkan diri agar mampu menjadi pelaku pariwisata dan pemilik pariwisata Bali. Dengan diagung-agungkannya orang Bali, mereka lupa bahwa lapangan pekerjaannya telah dirampas, lahan-lahan pertanian terus beralih fungsi.
Hasil
penelitian As-syakur (2011) menyebutkan selama kurun waktu tahun 2003
sampai dengan tahun 2008, lahan irigasi di Bali berkurang sebanyak 2.377 ha,
sedangkan areal pemukiman mengalami peningkatan sebesar 2.553 ha. hal ini memberikan
gambaran kepada kita bahwa alih funsi lahan menjadi pemukiman sangat tinggi
(1,42 ha per hari). Alih funsi ini sudah barang tentu akan merubah fungsi
ekologis, dan lambat laun jika tidak dikendalikan akan menjadi bencana
lingkungan di Bali. Gambaran spasial memperlihatkan bahwa alih fungsi sangat
tinggi terjadi di wilayah selatan dan tengah Provinsi Bali, yaitu terletak pada
wilayah administratif Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
Setidaknya
saat ini 9 organisasi subak telah mati (bubar) karena tidak memiliki lahan. Orang
Bali yang sawahnya masuk dalam kawasan jalur hijau merasa mendapat perlakuan
yang tidak adil, karena harga sawahnya akan jauh lebih murah dibandingkan tanah
di tempat lain, bahkan pangkung (jurang)
sekalipun lebih tinggi harganya. Ini menggambarkan bagaimana tingginya niatan
untuk menjual asset yang dimiliki sehingga sangat kecewa kalau tanahnya masuk
jalur hijau dan sangat sulit dijual. Pada system perekrutan tenaga kerja, orang
bali sendiri justru mendapat prioritas kedua, bahkan ketiga. Orang bali dapat
bekerja di hotel atau vila hanya karena kekuatan desa yang mensyaratkan
merekrut minimal sekian persen harus merekrut masyarakat lokal. Pemilik hotel di
Bali lebih senang menggunakan orang luar (asing) untuk Menjadi GM (General
manager) dari pada Orang Bali. Orang Bali Dijadikan GM kebanyakan minta ijin untuk
upacara, kapan sempat ngurusin Hotel? Ungkapan ini sering terdengar dalam
perbincangan. ungkapan ini ada benarnya, tidak ada pebisnis yang mau membayar
karyawan dengan gaji tinggi tetapi tidak berfungsi secara oftimal.
Namun
ada hal yang menggelitik penulis dari kondisi ini adalah bukankah jargon
parisiwata Bali pariwisata Budaya? seingat penulis, begitu. Budaya Bali
terbentuk karena adanya aktivitas orang Bali sehari-hari di sawah dan tegalan
sebagai petani, kegiatan Ritual keagamaan, kegiatan kelompok sosial, serta
kreativitas seni yang terinspirasi dari aktivitas keseharian berpadu sehingga membentuk
suatu kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Kebudayaan ini mampu
menjadi magnet yang menarik kaum pelancong untuk datang ke Bali. Nah kalau alam
Bali di buat bopeng, lahan pertanian di rampas, kebesasan orang bali menjaga
budaya dan aktifitas ritual di putus karena harus melayani tamu di hotel,
magnet apa yang akan menarik wisatawan?. Alih fungasi lahan pertanian berdampak
langsung pada eksistensi subak, artinya salah satu sendi Budaya Bali telah
tercerabut. Orang Bali yang menggantukan hidupnya di dunia pariwisata begitu
susahnya mendapatkan ijin untuk ikut menjaga budaya Bali yang menjadi Jargon pariwisata
Bali. Siapa yang harus menjaga ke-Eksotik-an Bali sehingga tetap diburu kaum
pelancong?, ungkapan pemilik hotel tadi menggambarkan begitu serakahnya kaum
Kapitalis yang hanya mengeruk potensi Alam dan cultural Bali tanpa pernah
berusaha menjaga akar rumput usahanya. Belakangan, para ahli yang mulai
prihatin terhadap kondisi Bali mulai
mendengungkan Pariwisata Berkelanjutan. dapatkah terwujud untuk menjaga alam
dan orang Bali ?. Bali masih punya waktu untuk berbenah, Bali harus kembali
menata diri dan mencari jati dirinya.
Bali merupakan pulau kecil
dengan ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas. Atas keterbatasan ini,
pembangunan di Bali hendaklah berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan,
yaitu pembangunan yang selalu mempertimbangkan daya dukung lingkungannya.
Laporan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia menunjukkan, Bali
mengalami defisit air sebanyak 1,5 miliar m3/tahun sejak tahun 1995.
Kondisi ini terus meningkat hingga 7,5 miliar m3/tahun pada tahun
2000. Sebuah Hasil penelitian yang
dilakukan pada tahun 2009, menunjukkan berdasarkan persamaan permen LH No 17
tahun 2009, Bali telah mengalami defisit air sebesar 685,719,813 m3/tahun.
Selain mengalami defisit air, aktivitas masyarakat telah berdampak pada
penurunan kualitas air itu sendiri.
Bali
harus dibangun secara runtut, dan banyak melakukan pembenahan. Selama ini,
cenderung pengerusakan Alam Bali terkesan dibiarkan dan tidak diperhatikan. Semangat
orang Bali semakin merosot. Bali tidak membutuhkan orang yang bisa menyalakan
kompor, tapi membutuhkan sosok pemimpin yang bisa menyalakan obor pada orang
lain, artinya Seorang peminpin yang mampu menyalakan semangat orang yang
dipimpinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar