Sabtu, 04 Oktober 2014

PECATATAN KEUANGAN; KUNCI SUKSES MENJALANKAN BISNIS RUMAH TANGGA

I Wayan Nampa1)
1) Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana
2) Makalah ini  disampaikan pada Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Nusa Cendana di Desa Belo, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang
Email: Nampa_w@yahoo.com

Latar Belakang
Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani. Meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan protein hewani menyebabkan permintaan produk ini terus meningkat. Peningkatan ini harus diimbangun pada sector produksi atau peternak ayam. Terdapat beberapa jenis peternakan ayam seperti ayam ras, ayam petelor, dan juga ayam kampung. Peternakan ayam kampung merupakan salah satu jenis peternakan yang memiliki profek pengembangan cukup menjanjikan. Munculnya issue-isue kesehatan dari peternakan ayam ras yang intensif menyebabkan masyarakat kembali mengkonsumsi daging ayam kampung. Ayam kampung  memiliki harga jual yang jauh lebih mahal dari pada harga ayam ras.  Namun karena proses peternakan yang alamiah (ekstensif), menyebabkan waktu pemeliharaan jauh lebih panjang dari peternakan ayam ras.
Ayam kampung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ayam Nutrisi Yang Lebih Dari Ayam ras seperti DOC Super ataupun broiler. Keunggukan ayam kampung diantaranya yaitu kandungan lemak pada daging yang rendah, serta terdapat berbagai protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dianalisa dari nilai gizinya, setiap 100 gram daging ayam mengandung 74  persen air, 22 persen protein, 13 miligram zat kalzium, 190 miligram zat fosfor dan 1,5 miligram zat besi. Daging ayam mengandung vitamin A yang kaya, lebih-lebih ayam kecil. Selain itu, daging ayam juga mengandung vitamin C dan E. Daging ayam selain rendah kadar lemaknya, lemaknya juga termasuk asam lemak tidak jenuh, ini merupakan makanan protein yang paling ideal bagi anak kecil, orang setengah baya dan orang lanjut usia, penderita  penyakit pembuluh darah jantung dan orang yang lemah pasca sakit. Daging ayam lebih unggul daripada daging sapi, kambing dan babi. Mengapa daging ayam lebih digemari masyarakat daripada daging-dagingan lainnya, karena daging ayam gampang dimasak. Ditambah masa pertumbuhan dan peternakannya agak pendek. 

Potensi pasar ayam kampung  sangat terbuka. Banyak konsumen lebih memilih ayam kampung asli dari pada ayam ras. Konsumen ini beranggapan bahwa ayam kampung masih menjadi pilihan dan mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan aam ras. Dari segi rasa, konsumen menganggap ayam ras seperti broiler berasa lebih hambar dibandingkan ayam kampung. Kelebihan ini disebabkan proses pemeliharaan dan pekembangan ayam. Banyak rumah makan atau konsumen menginginkan berat dan jumlah yang seimbang dan hampir sama persis.
Bira dkk (2013) mengungkapkan Perkembangan ayam lokal di NTT masih terkendala dengan berbagai persoalan, seperti pertumbuhan yang cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging yang mampu panen dalam waktu 40 hari, kesulitan memperoleh bibit, resiko kematian mencapai 10%-20% pada bulan-bulan awal ternak, penyakit dan hama, serta terjadinya  penurunan kualitas yang diakibatkan kekeliruan dalam proses produksi. Selain beberapa resiko dan kendala yang telah diungkapkan, kendala manajemen keuangan juga sering dijumpai menjadi slah satu mpenyebab gagalnya usaha peternakan, khususnya peternakan ayam kampung. Apalagi peternakan bersekala rumah tangga. Tidak jelas pencatatan biaya yangdikeluarkan dan penerimaan dalam usahanya akan bermuara pada pengambilan keputusan yang salah. Sehingga diperlukan keterampilan pencatatan oleh setiap pengusaha peternakan baik yang bersekala rumah tangga, terlebih sekala yang lebih besar.
Proses Akuntansi dalam peternakan sekala rumah rangga
Wikipedia mencatatkan akutansi sebagai aktivitas pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis". Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Selain itu, dalam pencatatan keuangan juga dikenal istilah Auditing. Auditing merupakan satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi. Auditing merupakan suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Berangkat dari devinisi akutansi tersebut, dalam makalah ini istilah akutansi akan disederhanakan menjadi pencatatan keuangan. Istilah pencatatan keuangan digunakan agar para peserta pelatihan lebih mudah memahami maksud yang ingin disampaikan. Pencatatan keuangan memiliki kompleksitas yang beragam terkait dengan sekala dan kebutuhannya. System pencatatan dan pelaporan dapat berupa laporan yang sangat kompleks (ribet) atau dapat juga pencatatan keuangan yang sangat sederhana. Esensi dari laporan keuangan adalah bagaimana hasil pencatatan tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Pada skala usaha yang kecil, terkadang petani atau peternak enggan melakukan pencatatan. Keengganan ini karena sebagian besar peternak tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pencatatan dan laporan keuangan, dan juga ada yang beraanggapan terlalu ribet, dibandingkan penghasilan yang diperoleh. Dampak dari tidak dilakukannya proses pencatatan keuangan ini adalah sering sekali peternak mengambil keputusan yang salah. Penerimaan yang banyak pada saat musim panen dianggap sebagai uang saku sehingga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, bukan investasi atau menambah persediaanya. Permasalahan lainnya apabila penerimaan diterima secara bertahan. Sebagai missal, seorang peternak memperoleh mendapatkan dari penjualan ayamnya sebesar Rp. 50.000,- kemudian tiga hari lagi mendapat lagi Rp. 75.000,-, kemudian minggu depannya mendapat penghasilan lagi Rp. 100.000,-. Apabila penerimaan ini tidak tercatat dengan baik, maka kemungkinan besar penerimaan tersebut akan “menguap” atau habis untuk kepentingan yang diluar usaha. Padahal seharunya, penerimaan dari penjualan itu sebagian merupakan modal yang telah dikeluarkan sebelumnya, dan sebagaian lainnya baru berupa keuntungan. Wirausahawan yang baik akan menginvestasikan sebagian keuntungannya baik untuk menambah modal operasional usahanya maupun meningkat skala usaha.
Uraian diatas dapat mengembalikan ingatan kita akan pentingnya mengelola atau dalam bahasa kekinianya memanajemen keuangan. Manajemen keuangan dilakukan sejak seorang wirausahawan baru merencanakan usahanya. Manajemen keuangan dimulai dari perencanaan berapa rupiah yang diperlukan untuk membangun usahanya, berikutnya mencatat setiap pengeluaran pada saat membangun usahanya, mencatat semua pengeluaran selama perioda produksi, mencatat penerimaan dari penjualan dan pendapatan lainnya, serta yang teakhir adalah memformulasikan semua pencatatan tersebut kedalam laporan keuangan. Dari laporan keuangan ini seorang wirausahawan dapat mengambil keputusan bisnisnya. Dalam usaha peternakan ayam kampung semi intensif, maka diperlukan pengelolaan keuangan untuk menunjang usahanya. Secara umum laporan keuangan terdiri dari beberapa kertas kerja yaitu: Jurnal harian/umum yaitu untuk mencatat transaksi harian. Buku Besar digunakan untuk mengkopilasi setiap jenis transaksi yang dicatatkan pada jurnal umum yang dilakukan pada akhir bulan/perioda. Jurnal Penyesuaian yaitu sama halnya dengan jurnal harian, namun jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi pada akhir perioda yang belum tercatat di jurnal harian. Berikutnya kertas kerja yang digunakan adalah Neraca lajur. Neraca lajur digunakan untuk mencatat semua transaksi sehingga memberikan gambaran kondisi perusahaan. Neraca lajur akan menunjukkan laporan rugi laba, perubahan modal, dan neraca akir. Pada perusahaan besar neraca lajur akan digunakan untuk membuat laporan rugi lab, perubahan moda, serta neraca akhir perioda pelaporan. Laporan Laba-Rugi memberikan gambaran kondisi perusahaan apakah mendapat laba atau rugi selama perioda tertentu. perubahan Modal menunjukkan penambahan atau pengurangan modal dari keuntungan usaha. Sedangkan Neraca Akhir mengambarkan kondisi perusahaan jumlah kekayaan, dan juga kewajibannya. Yang terakhir yaitu Laporan Arus Kas yang menunjukkan bagaimana pengelolaan kas perusahaan. Laporan arus kas akan membantu wirausahawan untuk melihat apakah kas (uang) dalam perusahaan dapat mendukung perusahaan secara oftmal. Artinya apakah saldo atau rupiah yang mengendap di perusahaan terlalu besar, atau terlalu bereksiko. Apabila terlalu besar berarti wirausawan dapat merencanakan investasi baru sehingga kas perusahaan dapat menghasilkan laba. Tapi kalau terlalu sedikit, maka perusahaan bereksiko kolaps (tidak bisa beroperasi) kalau terjadi situasi piutang yang belum tertagih, atau situasi keuangan lainnya.
Dalam usaha peternakan ayam kampung sekala rumah tangga, juga dibutuhkan manajemen keuangan. Namun karena skala usaha yang kecil, maka metoda pencatatan yang digunakan juga yang sederhana. Metoda pencatatan dan laporan keuangan disesuaikan dengan skala uahanya. Setidaknya yang perlu dilakukan adalah:
1.      Catat setiap pengeluaran pada saat investasi awal (membangun kolam dan pembelian perlengkapan penunjang lainnya)
2.      Siapkan dana untuk operasional seperti pembelian bibit, pakan, dan sebagainya. jangan lupa mencatat semua pengeluaran yang dilakukanselama proses pemeliharaan
3.      Mencatat semua penerimaan yang diperoleh, seperti dari penjualan anakan, ayam dewasa, atau penerimaan lainnya seperti pupuk kandang dan sebagainya.
Secara sederhana, peternak dapat menggunakan dua buah buku untuk mencatat pengeluaran-pengeluaran dan juga penerimaan dari usahanya, seperti terlihat padaTabel 1 dan Tabel 2.
  Tabel 1. Model Form Buku Pengeluaran
Tgl
Prakiraan
Ref
Jumlah
01-08-2013
Membeli biti
Rp.2.000.000
Membeli pakan
Rp. 500.000




Tabel 1. Model Form Buku Penerimaan (Penjualan)
Tgl
Prakiraan
Ref
Jumlah
01-08-2013
Penjualan

Rp.3.500.000








Hasil pencatatan pengeluaran dan penerimaan dapat menjadi bahan evaluasi usaha di akhir perioda. Akhir perioda pelaporan yang lazim adalah akhir bulan dan akhir tahun. Sehingga memiliki laopran bulanan dan laporan tahunan.  Penerimaan dan pengeluaran dapat dibandingkan sehingga dapat menggambarkan biaya/pembelanjaan rutin dan bibit (yang melekat pada produk) dan penerimaan dari penjualan. Sedangkan pengeluaran yang berupa investasi dapat dicatat secara terpisah. Perbandingan pengeluaran dan penerimaan itu akan dapat memberikan kesimpulan apakah usaha kita menguntungkan, kapan modal awal seperti investasi kandang, bibit akan kembali.
Perlu disadari oleh peternak adalah laporan keuangan ini tidak akan berdampak langsung pada peningkatan keuntungan usaha peternakan. Karena keberhasilan dalam pemeliharaan menjadi kunci dalam usaha peternakan ayam kampung. Tetapi laporan keuangan ini dapat membantu peternak untuk meneliai apakah kegiatannya menguntungkan atau tidak.

Daftar Pustaka
Bira, Gerson F. I Made A. Sudarma. 2013. Strategi Pengembangan Ayam Kampung di NTT. Kupang. Makalah Produksi ternak Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana. diakses melalui https://www.academia.edu/5027959/Strategi_ Pengembangan_Ayam_Kampung_di_NTT. pada tanggal 11 Agustus 2014

Wikipedia. 2014. Akutansi, diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi. Pada tanggal 11 Agustus 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar