I Wayan Nampa1)
1) Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana
2) Makalah
ini disampaikan pada Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Nusa Cendana di Desa Belo, Kecamatan Maulafa, Kota
Kupang
Email:
Nampa_w@yahoo.com
Latar Belakang
Ayam
merupakan salah satu sumber protein hewani. Meningkatnya pendapatan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan protein hewani menyebabkan
permintaan produk ini terus meningkat. Peningkatan ini harus diimbangun pada
sector produksi atau peternak ayam. Terdapat beberapa jenis peternakan ayam
seperti ayam ras, ayam petelor, dan juga ayam kampung. Peternakan ayam kampung
merupakan salah satu jenis peternakan yang memiliki profek pengembangan cukup
menjanjikan. Munculnya issue-isue kesehatan dari peternakan ayam ras yang
intensif menyebabkan masyarakat kembali mengkonsumsi daging ayam kampung. Ayam kampung
memiliki harga jual yang jauh lebih
mahal dari pada harga ayam ras. Namun
karena proses peternakan yang alamiah (ekstensif), menyebabkan waktu
pemeliharaan jauh lebih panjang dari peternakan ayam ras.
Ayam
kampung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ayam Nutrisi Yang Lebih Dari
Ayam ras seperti DOC Super ataupun broiler. Keunggukan ayam kampung diantaranya yaitu kandungan lemak pada daging
yang rendah, serta terdapat berbagai protein yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Dianalisa dari nilai gizinya, setiap 100 gram daging ayam mengandung
74 persen air, 22 persen protein, 13
miligram zat kalzium, 190 miligram zat fosfor dan 1,5 miligram zat besi. Daging
ayam mengandung vitamin A yang kaya, lebih-lebih ayam kecil. Selain itu, daging
ayam juga mengandung vitamin C dan E. Daging ayam selain rendah kadar lemaknya,
lemaknya juga termasuk asam lemak tidak jenuh, ini merupakan makanan protein
yang paling ideal bagi anak kecil, orang setengah baya dan orang lanjut usia,
penderita penyakit pembuluh darah
jantung dan orang yang lemah pasca sakit. Daging ayam lebih unggul daripada
daging sapi, kambing dan babi. Mengapa daging ayam lebih digemari masyarakat
daripada daging-dagingan lainnya, karena daging ayam gampang dimasak. Ditambah
masa pertumbuhan dan peternakannya agak pendek.
Potensi
pasar ayam kampung sangat terbuka.
Banyak konsumen lebih memilih ayam kampung asli dari pada ayam ras. Konsumen
ini beranggapan bahwa ayam kampung masih menjadi pilihan dan mempunyai
kelebihan tersendiri dibandingkan aam ras. Dari segi rasa, konsumen menganggap ayam
ras seperti broiler berasa lebih hambar dibandingkan ayam kampung. Kelebihan
ini disebabkan proses pemeliharaan dan pekembangan ayam. Banyak rumah makan
atau konsumen menginginkan berat dan jumlah yang seimbang dan hampir sama
persis.
Bira
dkk (2013) mengungkapkan Perkembangan ayam lokal di NTT masih terkendala dengan
berbagai persoalan, seperti pertumbuhan yang cenderung lebih lambat jika
dibandingkan dengan ayam ras pedaging yang mampu panen dalam waktu 40 hari,
kesulitan memperoleh bibit, resiko kematian mencapai 10%-20% pada bulan-bulan
awal ternak, penyakit dan hama, serta terjadinya penurunan kualitas yang diakibatkan
kekeliruan dalam proses produksi. Selain beberapa resiko dan kendala yang telah
diungkapkan, kendala manajemen keuangan juga sering dijumpai menjadi slah satu
mpenyebab gagalnya usaha peternakan, khususnya peternakan ayam kampung. Apalagi
peternakan bersekala rumah tangga. Tidak jelas pencatatan biaya yangdikeluarkan
dan penerimaan dalam usahanya akan bermuara pada pengambilan keputusan yang
salah. Sehingga diperlukan keterampilan pencatatan oleh setiap pengusaha
peternakan baik yang bersekala rumah tangga, terlebih sekala yang lebih besar.
Proses Akuntansi dalam peternakan sekala rumah rangga
Wikipedia
mencatatkan akutansi sebagai aktivitas pengukuran, penjabaran, atau pemberian
kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya
dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi
adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas
keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa
bisnis". Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang
akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan
pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.
Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah
pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana
informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas,
diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Selain itu, dalam pencatatan keuangan
juga dikenal istilah Auditing. Auditing merupakan satu disiplin ilmu yang
terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi. Auditing merupakan suatu proses
dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan
suatu pendapat atau opini yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya mengenai
kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Berangkat
dari devinisi akutansi tersebut, dalam makalah ini istilah akutansi akan
disederhanakan menjadi pencatatan keuangan. Istilah pencatatan keuangan
digunakan agar para peserta pelatihan lebih mudah memahami maksud yang ingin
disampaikan. Pencatatan keuangan memiliki kompleksitas yang beragam terkait
dengan sekala dan kebutuhannya. System pencatatan dan pelaporan dapat berupa laporan
yang sangat kompleks (ribet) atau dapat juga pencatatan keuangan yang sangat
sederhana. Esensi dari laporan keuangan adalah bagaimana hasil pencatatan
tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Pada skala
usaha yang kecil, terkadang petani atau peternak enggan melakukan pencatatan.
Keengganan ini karena sebagian besar peternak tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tentang pencatatan dan laporan keuangan, dan juga ada yang beraanggapan
terlalu ribet, dibandingkan penghasilan yang diperoleh. Dampak dari tidak
dilakukannya proses pencatatan keuangan ini adalah sering sekali peternak
mengambil keputusan yang salah. Penerimaan yang banyak pada saat musim panen
dianggap sebagai uang saku sehingga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumtif, bukan investasi atau menambah persediaanya. Permasalahan lainnya
apabila penerimaan diterima secara bertahan. Sebagai missal, seorang peternak
memperoleh mendapatkan dari penjualan ayamnya sebesar Rp. 50.000,- kemudian
tiga hari lagi mendapat lagi Rp. 75.000,-, kemudian minggu depannya mendapat
penghasilan lagi Rp. 100.000,-. Apabila penerimaan ini tidak tercatat dengan baik,
maka kemungkinan besar penerimaan tersebut akan “menguap” atau habis untuk
kepentingan yang diluar usaha. Padahal seharunya, penerimaan dari penjualan itu
sebagian merupakan modal yang telah dikeluarkan sebelumnya, dan sebagaian
lainnya baru berupa keuntungan. Wirausahawan yang baik akan menginvestasikan
sebagian keuntungannya baik untuk menambah modal operasional usahanya maupun
meningkat skala usaha.
Uraian
diatas dapat mengembalikan ingatan kita akan pentingnya mengelola atau dalam
bahasa kekinianya memanajemen keuangan. Manajemen keuangan dilakukan sejak
seorang wirausahawan baru merencanakan usahanya. Manajemen keuangan dimulai
dari perencanaan berapa rupiah yang diperlukan untuk membangun usahanya,
berikutnya mencatat setiap pengeluaran pada saat membangun usahanya, mencatat
semua pengeluaran selama perioda produksi, mencatat penerimaan dari penjualan
dan pendapatan lainnya, serta yang teakhir adalah memformulasikan semua
pencatatan tersebut kedalam laporan keuangan. Dari laporan keuangan ini seorang
wirausahawan dapat mengambil keputusan bisnisnya. Dalam usaha peternakan ayam
kampung semi intensif, maka diperlukan pengelolaan keuangan untuk menunjang
usahanya. Secara umum laporan keuangan terdiri dari beberapa kertas kerja
yaitu: Jurnal harian/umum yaitu untuk mencatat transaksi harian. Buku Besar
digunakan untuk mengkopilasi setiap jenis transaksi yang dicatatkan pada jurnal
umum yang dilakukan pada akhir bulan/perioda. Jurnal Penyesuaian yaitu sama
halnya dengan jurnal harian, namun jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi
pada akhir perioda yang belum tercatat di jurnal harian. Berikutnya kertas
kerja yang digunakan adalah Neraca lajur. Neraca lajur digunakan untuk mencatat
semua transaksi sehingga memberikan gambaran kondisi perusahaan. Neraca lajur
akan menunjukkan laporan rugi laba, perubahan modal, dan neraca akir. Pada
perusahaan besar neraca lajur akan digunakan untuk membuat laporan rugi lab,
perubahan moda, serta neraca akhir perioda pelaporan. Laporan Laba-Rugi
memberikan gambaran kondisi perusahaan apakah mendapat laba atau rugi selama
perioda tertentu. perubahan Modal menunjukkan penambahan atau pengurangan modal
dari keuntungan usaha. Sedangkan Neraca Akhir mengambarkan kondisi perusahaan
jumlah kekayaan, dan juga kewajibannya. Yang terakhir yaitu Laporan Arus Kas yang
menunjukkan bagaimana pengelolaan kas perusahaan. Laporan arus kas akan
membantu wirausahawan untuk melihat apakah kas (uang) dalam perusahaan dapat
mendukung perusahaan secara oftmal. Artinya apakah saldo atau rupiah yang
mengendap di perusahaan terlalu besar, atau terlalu bereksiko. Apabila terlalu
besar berarti wirausawan dapat merencanakan investasi baru sehingga kas
perusahaan dapat menghasilkan laba. Tapi kalau terlalu sedikit, maka perusahaan
bereksiko kolaps (tidak bisa beroperasi) kalau terjadi situasi piutang yang
belum tertagih, atau situasi keuangan lainnya.
Dalam
usaha peternakan ayam kampung sekala rumah tangga, juga dibutuhkan manajemen
keuangan. Namun karena skala usaha yang kecil, maka metoda pencatatan yang
digunakan juga yang sederhana. Metoda pencatatan dan laporan keuangan disesuaikan
dengan skala uahanya. Setidaknya yang perlu dilakukan adalah:
1. Catat setiap pengeluaran pada saat
investasi awal (membangun kolam dan pembelian perlengkapan penunjang lainnya)
2. Siapkan dana untuk operasional
seperti pembelian bibit, pakan, dan sebagainya. jangan lupa mencatat semua
pengeluaran yang dilakukanselama proses pemeliharaan
3. Mencatat semua penerimaan yang
diperoleh, seperti dari penjualan anakan, ayam dewasa, atau penerimaan lainnya
seperti pupuk kandang dan sebagainya.
Secara
sederhana, peternak dapat menggunakan dua buah buku untuk mencatat
pengeluaran-pengeluaran dan juga penerimaan dari usahanya, seperti terlihat
padaTabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Model Form Buku
Pengeluaran
Tgl
|
Prakiraan
|
Ref
|
Jumlah
|
01-08-2013
|
Membeli biti
|
Rp.2.000.000
|
|
Membeli pakan
|
Rp. 500.000
|
||
|
Tabel 1. Model Form Buku
Penerimaan (Penjualan)
Tgl
|
Prakiraan
|
Ref
|
Jumlah
|
01-08-2013
|
Penjualan
|
|
Rp.3.500.000
|
|
|
|
|
|
Hasil
pencatatan pengeluaran dan penerimaan dapat menjadi bahan evaluasi usaha di
akhir perioda. Akhir perioda pelaporan yang lazim adalah akhir bulan dan akhir
tahun. Sehingga memiliki laopran bulanan dan laporan tahunan. Penerimaan dan pengeluaran dapat dibandingkan
sehingga dapat menggambarkan biaya/pembelanjaan rutin dan bibit (yang melekat
pada produk) dan penerimaan dari penjualan. Sedangkan pengeluaran yang berupa
investasi dapat dicatat secara terpisah. Perbandingan pengeluaran dan
penerimaan itu akan dapat memberikan kesimpulan apakah usaha kita menguntungkan,
kapan modal awal seperti investasi kandang, bibit akan kembali.
Perlu
disadari oleh peternak adalah laporan keuangan ini tidak akan berdampak
langsung pada peningkatan keuntungan usaha peternakan. Karena keberhasilan
dalam pemeliharaan menjadi kunci dalam usaha peternakan ayam kampung. Tetapi
laporan keuangan ini dapat membantu peternak untuk meneliai apakah kegiatannya
menguntungkan atau tidak.
Daftar Pustaka
Bira, Gerson F. I Made A. Sudarma.
2013. Strategi Pengembangan Ayam Kampung di NTT. Kupang. Makalah Produksi
ternak Program Pascasarjana Universitas Nusa Cendana. diakses melalui https://www.academia.edu/5027959/Strategi_ Pengembangan_Ayam_Kampung_di_NTT.
pada tanggal 11 Agustus 2014
Wikipedia. 2014. Akutansi, diakses
melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi. Pada tanggal 11 Agustus 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar